oleh:
AKBAR
SAJIRI
ALI
MURTADHO
HELMY
SYAHPUTRA
RACHMAT
SATRIA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manajemen
diartikan sebagai suatu rentetan langkah yang terpadu untuk mengembangkan suatu
organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosio-ekonomi-teknis dimana
sistem adalah suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling berhubungan dalam menggerakkan suatu lembaga pendidikan.
B.
Tujuan
Pembahasan
Pendidikan
sebagai suatu team work yang saling berkaitan antara komponen yang satu
dengan yang lainnya, tentu membutuhkan pengelolaan yang professional. Manajemen
merupakan salah satu komponen vital bagi semua aspek pendidikan. Mekanisme
manajemen yang kurang bagus akan sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
Dengan melaksanakan proses manajemen secara professional dan baik diharapkan
dapat meningkatkan mutu pendidikan secara baikh.
Lalu apa sebenarnya manfaat dari adanya manajemen terhadap pendidikan sebagai
target atau tujuan yang jelas tersebut, yaitu adalah untuk memberi arah pada
proses pendidikan yang sedang berlangsung serta menjadi titik pangkal mencapai
tujuan-tujuan yang lainnya
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Manajemen
Istilah manajemen telah diartikan oleh
berbagai pihak dengan perspektif. Misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan,
ketatalaksaan, kepemimpinan, peminpin, ketatapengurusan, administrasi dan
sebagainya. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepeminpinan
dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya
organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi.[1]
Manajemen
adalah “The art of getting things done trhough other people” (Seni menyelesaikan segala sesuatu
melalui orang lain).
Manajemen
adalah proses perencanaan (planning), pengarahan (leading), dan
pengendalian (controlling), kegiatan anggota organisasi lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi.[2]
B.
Definisi
Pendidikan
Ada
tiga bagian dalam arti pendidikan, yaitu:
1.
Arti Luas
Pendidikan
adalah hidup, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi
hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
2.
Arti Sempit
Pendidkan adalah sekolah, pendidikan
adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak
dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan
kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
3.
Arti Alternatif
Pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah
dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa akan
datang.
Pendidikan
adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal,
non formal, informasi di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup
yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar
dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.[3]
Pendidikan
adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk
memimpin perskembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.[4]
Dari
rumusan di atas nyatalah bahwa pendidikan yang sebenarnya berlaku dalam
pergaulan antara orang dewasa dan anak-anak. Memang kita dapati pendidikan
orang dewasa dengan anak. Pergaulan antara orang dewasa dengan orang dewasa
tidak dikatakan pergaulan pendidikan (pergaulan pedagogis) sebab di dalam
pergaulan itu orang dewasa menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap
pengaruh terdapat dalam pergaulan itu.
Demikian
pula, pergaulan antara anak-anak dan anak-anak tidak dapat pula dinamakan
pergaulan pedagogis. Jadi, pergaulan pedagogis hanya terdapat antara orang
dewasa dan anak (orang yang belum dewasa). Tetapi kita harus ingat bahwa tidak
tiap-tiap pergaulan antara orang dewasa dan anak bersifat pendidikan. Banyak
pergaulan dan hubungan yang bersifat netral saja, tidak bersifat pedagogis,
misalnya orang tua menyuruh mengambil kaca mata bukan karena bermaksud
mendidik, melainkan karena dirinya sendiri enggan mengambil, misalnya lagi
seorang yang berpropaganda untuk menjual buku-bukunya yang bersifat kepada
anak-anak tidak dapat dikatakan pergaulan pedagogis.
C.
Urgensi
Manajemen Terhadap Pendidikan
Kepekaan
melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi modal utama
untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan
dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan. Pada titik
inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Ketika melihat
peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi pijakan untuk
mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara
otomatis akan terjadi sebuah efek domino (positif) dalam pengelolaan
organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran, biaya, serta pengelolaan
pendidikan.
Untuk
menuju point education change (perubahan pendidikan) secara menyeluruh,
maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan untuk
kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan output yang diinginkan.
Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang
bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih
konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan
tertinggal dari modernitas.
Jika
manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan
lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme
tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga
kekerasan dalam pendidikan.
Manajemen
dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses
(aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui beberapa
pelaksanaan.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditargetkan sebelumnya, supaya
pencapaiannya maksimal. Maka ada beberapa langkah penting (urgensi) yang harus
dilaksanakan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh
seorang manajer dalam menentukan tujuan dan mengambil langkah-langkah untuk
menjamin bahwa tujuan tersebut dapat dicapai secara keseluruhan.
2.
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan proses membagi kerja ke
dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasinya.
3.
Kepemimpinan (Leading)
Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
4.
Menggerakkan (Actuatuing)
Menggerakkan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
5.
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk
menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
6.
Penyusunan (Staffing)
Termasuk didalamnya adalah perekrutan karyawan,
pemanfaatan sarana dan prasarana, pelatihan, pendidikan dan pengembangan sumber
daya karyawan tersebut dengan efektif.
D.
Hubungan
Manajemen Dalam Pendidikan
Komitmen
pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan agaknya dapat dibilang
serius. Di saat kondisi bangsa yang masih menghadapi krisis multidimensional
seperti sekarang ini, konsistensi pemerintah tetap berupaya untuk melakukan
pembenahan (improvisasi) terhadap sistem pendidikan nasional. Salah satu upaya
itu adalah pemerintah memberikan peluang selebar-lebarnya bagi institusi
sekolah untuk mengembangkan sikap otonomnya dan memperkokoh basis manajemennya.
Sampai
saat ini, permasalahan umum yang menjadi kendala utama bagi penyelenggaraan
sekolah adalah persoalan manajemen. Sehingga persoalan ini termasuk bagian dari
masalah yang peka dan rawan. Karena itu, muncullah sebuah pemikiran ke arah
pengelolaan pendidikan yang memberikan keluasan kepada sekolah untuk mengatur
dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Jadi, manajemen itu sangat
dibutuhkan dalam upaya mengembangkan suatu lembaga pendidkan ke arah yang lebih
baik. Manajemen merupakan kebutuhan yang penting dalam pendidikan yaitu untuk
memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi, serta mengelola berbagai
sumber daya organisasi, seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan
lainnya secara efektif, inovatif, kreatif, solutif dan efisien.
Suatu
pandangan yang bersifat umum dari pada pandangan-pandangan Di sini menyatakan
bahwa manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak
berhubungan menjadi system total untuk menyelesaikan suatu tujuan.[5]
Sumber
disini adalah segala sesuatu yang mencakup
orang-orang, alat-alat, media bahan-bahan, uang dan sarana. Semuanya di
arahkan dan dikoordinasi agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.
Mengarahkan
orang-orang agar melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai,
bearti membuat orang-orang itu mengatur sarana, bahan, alat, dan biaya serta
dengan metode tertentu melakukan aktivitas mereka masing-masing. Kalau
orang-orang ini bekerja sama dengan atasannya yang mengarahkan dirinya maka
mereka semua bearti mengintegrasikan sumber-sumber. Dalam praktek individu yang
bertugas mengarahkan orang-orang itu tidak hanya memimpin, menghimbau dengan
bicara saja, tetapi juga ikut memikirkan strategi atau kebijakan mengatur
material. Dengan demikian kedua pendapat itu pada hakikatnya sama, hanya
tekanannya yang berbeda.
Dalam
pendidikan manajemen itu dapat di artikan sebagai aktivitas mamadukan
sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih management sebagai aktivitas, bukan
sebagai individu, agar konsisten dengan istilah administrasi dengan
administrator sebagai pelaksananya dan supervisi dengan supervisor sebagai
pelaksananya, kepala sekolah misalnya bisa berperan sebagai administrator dalam
mengemban misi atasan, sebagai manager dalam memadukan sumber-sumber
pendidikan, dan sebagai supervisor dalam membina guru-guru pada proses belajar
mengajar.[6]
Pada
uraian di atas sudah di sebutkan bahwa kepala-kepala sekolah dapat berperan
sebagai administrator, manager, dan supervisor. Ini bearti organisasi sekolah
melaksanakan administrasi, management dan supervisi. Begitu pula halnya dengan
organisasi-organisasi lain pada hakikat nya melaksanakan ketiga aktivitas
tersebut. Keluarga misalnya adalah organisasi yang melaksanakan administrasi
yaitu suatu aktivitas yang mengupayakan kesejahteraan keluarga
E.
Fungsi-Fungsi
Menajemen
Fungsi Manajemen ialah berbagai jenis
tugas atau kegiatan manajemen yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling
menunjang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[7]
Fungsi-fungsi manajemen tersebut dibagi menjadi empat macam fungsi, yaitu:
A.
Perencanaan (Planning)
B.
Pengorganisasian (Organizing)
C.
Kepemimpinan (Leadership)
D.
Pengawasan (Controlling)
A. Perencanaan (Planning)
Perencanaan
merupakan tindakan awal dalam proses manajemen. Menurut Robbins perencanaan
adalah proses menentukan tujuan dan menetapkan cara terbaik untuk mencapai
tujuan dan menetapkan cara terbaik untuk mencapai tujuan. Mondy dan Premeaux
menjelaskan bahwa “Perencanaan adalah proses menentukan apa yang seharusnya
dicapai dan bagaimana mencapainya”.
Mengapa
para manajer harus membuat perencanaan?. Dengan adanya perencanaan akan dapat
mengarahkan, mengurangi pengaruh lingkungan, mempengaruh tumpang tindih, serta
merancang standar untuk memudahkan pengawasan.
Dengan
perencanaan yang dibuat akan dapat mengkoordinir berbagai kegiatan, mengarahkan
para manajer dan pegawai kepada tujuan yang akan dicapai. Kemana mereka akan
pergi, apa yang mereka harapkan dari semua itu sehingga berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan, maka mereka seharusnya berkoordinasi, bekerjasama dan
sama-sama bekerja.
B. Pengorganisasian
(Organizing)
Organisasi
adalah berkumpulnya sejumlah orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Setelah rencana disusun oleh manajer, maka tugas
selanjutnya adalah mengorganisir sumber daya manusia dan sumber daya fisik Sehingga dapat termanfaatkan secara tepat.
Sedangkan pengorganisasian (organizing)
adalah proses di mana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang
dapat ditangani dan aktivitas mengkoordinasa hasil-hasil yang akan dicapai
sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Jadi proses pengorganisasian
adalah kegiatan menempatkan seseorang dalam struktur organisasi sehingga
memiliki tanggung jawab, tugas dan kegiatan yang berkaitan dengan fungsi
organisasi dalam pencapaian tujuan yang disepakati bersama melalui perencanaan.
Pengorganisasian dalam aktivitasnya mencakup hal-hal
berikut:
a. Siapa melakukan apa.
b. Siapa pemimpin siapa.
c. Menetapkan saluran komunikasi.
d. Memusatkan sumber-sumber daya terhadap sasaran.
Pengorganisasian sebagai proses kepengurusan adalah
mencakup:
a. Membagikan pekerjaan yang harus dikerjakan.
b. Membagi tugas kepada karyawan untuk melaksanakannya.
c. Mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang
memberikan bantuan.
d. Mengkoordinir pekerjaan untuk mencapai hasil.
C. Kepemimpinan (Leadership)
Salah
satu faktor keberhasilan seorang manajer dalam mengelolah organisasi adalah
keterampilan dan gaya memimpin. Keterampilan memimpin mencakup keterampilan
konseptual (pengetahuan), keterampilan teknikal, dan keterampilan interpersonal
(komonikasi).
Mondy
dan Premeaux menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain
untuk melakukan apa yang diinginkan pemimpin untuk mereka lakukan. Jadi
kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
mempengaruhi orang lain, karena itu intinya adalah hubungan antar manusia.
Gaya
kepemimpinan paling tidak ada empat, yaitu:
1.
Pemimpin
Otokratik: menyuruh para bawahannya melakukan sesuatu dan diharapkannya tanpa
boleh ada pertanyaan.
2.
Pemimpin
Partisipatif: selalu melibatkan bawahannya dalam pengambilan keputusan tetapi
otoritas akhirnya sering berada di tangan pimpinan.
3.
Pemimpin
Demokratis: selalu mencoba memperhatikan dan melakukan apa yang diinginkan
kebanyakan bawahannya.
4.
Pemimpin yang
Membebaskan Bawahan (Laissez Faire): pemimpin seperti ini cenderung
tidak melibatkan diri kepada pekerjaan-pekerjaan bawahan atau bagian. Biasanya
gaya pemimpin seperti ini hanya mungkin dilakukan manakala staf atau bawahannya
yang ahli dan professional.
D.
Pengawasan (Controlling)
Fungsi
pengawasan mencakup semua aktifitas yang dilaksanakan oleh manager dalam upaya
memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan.
Pengawasan
secara internal organisasi mencakup berbagai kegiatan yaitu:
1.
Pengawasan
input: jumlah dan kualitas bahan-bahan, para anggota staf, peralatan, fasilitas
dan informasi yang dicapai oleh organisasi yang bersangkutan
2.
Pengawasan
aktivitas/proses: yaitu penjadwalan dan pelaksanaan aktivitas, oprasional,
transformasi serta distribusi yang terjadi dalam organisasi
3.
Pengawasan out
put: Pengawasan terhadap ciri-ciri out put yang diinginkan/ standar, out put
yang tidak diinginkan, (polusi, bahan buangan, sampah) dari organisasi yang
bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Lembaga pendidikan sebagaimana lembaga-lembaga yang
lainnya juga mempunyai tujuan ataupun target yang hendak dicapai. Untuk
memuluskan dan mempermudah bagi pencapaiannya maka sebuah lembaga pendidikan
membutuhkan sebuah alat yang diharapkan mampu membantu dalam pencapaian tujuan
atau target yang diinginkan alat tersebut adalah manajemen pendidkan yang didefinisikan sebagai Suatu
metode/teknik atau proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara sistematik
dan efektif, melalui tindakan-tindakan perencanaan (Planning),
pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan (Actuating) dan
pengawasan (Controlling) dengan menggunakan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien.
Dengan
demikian, mendalami tentang manajemen pendidikan sekolah secara luas diharapkan
dapat membantu sebuah lembaga pendidikan dalam pelaksanaan dan pengelolaan
lembaga pendidikan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin
Widjaya Tunggal, Manajemen,
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002.
Made Pidarta, Management Pendidikan Indonesia, Jakarta: penerbit Rineka Cipta, 2004.
Ngalim Purwanto, Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung:
Penerbit Remaja Ros Dakarya,2005.
Redja Mudijaharto, Pengantar
Pendidikan, Jakarta:
Penerbit Raja Grafindo Persada, 2005.
Siswanto,
Pengantar Menajemen, Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara,
2006.
Syafaruddin, Manajemen Lembaga
pendidikan, Ciputat: Penerbit Quantum Teaching, 2005.
[3]Redja Mudijaharto, Pengantar
Pendidikan, (Jakarta:
Penerbit
Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 3.
[4]Ngalim Purwanto, Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:
Penerbit Remaja Ros Dakarya,2005), hal. 11.
[7]
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pend . . ., (Ciputat: Penerbit Quantum
Teaching, 2005), hal. 70-75.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar