PSIKOLOGI MOTIVASI
oleh
BAB I
oleh
Dewi
susanti (221121083)
Hussila
Wildani (221121113)
Khairunnisa’
(221121)
Umera
Kharsy (220000132)
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang dengan
secara sengaja memperhatikan dan merenungkan perbuatan orang-orang di sekitar
kita maupun terhadap perbuatan kita sendiri, seringkali kita tidak begitu
menghiraukannya. Padahal jika direnungkan, banyak hal-hal yang mengagumkan dan
sangat menarik bagi kita untuk menyelidikinya.
Apa saja yang diperbuat manusia, yang penting
maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko,
selalu ada motivasinya. Apalagi dalam hal belajar mengajar, motivasi itu sangat
penting. Karena, motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar.
Sebagian besar siswa lebih termotivasi untuk
bergaul atau menonton televisi dari pada menyelesaikan pekerjaan sekolah.
Pekerjaan pendidik bukan hanya meningkatkan motivasi pada dirinya, melainkan
menemukan, menghidupkan, mempertahankan motivasi peserta didik untuk belajar
dan untuk terlibat ke dalam kegiatan yang menghasilkan pembelajaran. Peserta
didik mungkin saja telah terpikat dan tertarik kepada pendidik, tetapi pendidik
tidak dapat beranggapan langsung bahwa mereka akan termotivasi terhadap pelajaran yang diajarkan oleh pendidik
tersebut. Oleh karena
itu, setiap orang semestinya mempunyai dan mengetahui bagaimana motivasi itu sendiri, agar kebutuhannya
terpenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Sebelum kita membahas definisi motivasi kita tinjau terlebih dahulu tentang motif. Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu. Misalnya, seorang peserta didik sangat
tekun mempelajari buku sampai malam, tidak menghiraukan lelah dan kantuknya. Sedangkan
motivasi adalah pendorongan, yakni suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.[1]
Motivasi
berasal dari kata movere yang berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi
adalah suatu kecenderungan ke arah tingkah laku mengejar-tujuan yang muncul
dari kondisi-kondisi dalam (batiniah) sedangkan motive yakni yang mengacu pada
aktifitas berarah-tujuan yang khusus yaitu pemenuhan draif seseorang seperti:
motif untuk makan, untuk memenuhi draif lapar.[2]
Didalam
pendidikan, motivasi ialah seni yang merangsang perhatian pada murid apabila
tidak mepunyai perhatian, atau yang belum dirasakan oleh murid atau
menyempurnakan perhatian yang sudah ada supaya menjadi perbuatan yang
dikehendaki masyarakat. Motivasi dalam belajar mengandung: membangkitkan, memberi
kekuatan dan memberi arah pada tingkah laku yang diinginkan.[3]
Para ahli mendefinisikan motivasi dengan cara dan gaya yang berbeda, namun
esensinya menuju kepada maksud yang sama, yaitu:
·
Suatu kekuatan (power)
atau tenaga (force) atau daya (energy)
·
Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to
move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak
disadari.[4]
B. Sumber-Sumber Motivasi
Sumber-sumber motivasi ada 2:
1.
Timbul dari dalam diri individu itu sendiri (internal)
Dalam motivasi internal terdapat faktor-faktor
positif dan negatif. Misalnya, seseorang yang merasa berhasil menunaikan
kewajibannya dengan sangat memuaskan memperoleh dorongan positif untuk bekerja
lebih keras lagi di masa yang akan datang sehingga ia meraih keberhasilan yang
lebih besar. Maka terlihat jelas bahwa motivasinya bersifat pasitif.
Sebaliknya, jika seseorang kurang berhasil
melakukan tugasnya sehingga mendapat teguran atasannya, teguran itu yang
merupakan faktor motivasi negatif, oleh yang bersangkutan dijadikan dorongan
untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahannya sehingga di masa depan situasi
kekurang berhasilan itu tidak terulang kembali.
2.
Timbul dari lingkungan (eksternal)
Dalam motivasi eksternal terdapat
faktor-faktor positif dan negatif. Misalnya, seorang atasan memberikan pujian
kepada seorang bawahan yang berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik disertai
dengan penghargaan dan hadiah berupa uang. Dalam hal demikian atasan memberikan
dorogan bagi pekerja yang bersangkutan dan karena dorongan itu diharapkan ia
lebih giat meningkatkan prestasi kerjanya. Ini adalah contoh faktor yang
positif.
Sedangkan motivasi eksternal yang negatif
misalnya, seorang pemuda yang dalam tujuh tahun ini hidup dalam keadaan duka. Pemuda
tersebut sangat merasa kehilangan. Pada suatu hari ia mendengar ceramah seorang
da’i yang sangat memotivasinya sehingga ia bangkit dari keterpurukannya selama
tujuh tahun ini.
Dari
paparan di atas, keberhasilan seseorang terletak pada kemampuan dan kepekaannya
dalam memahami faktof-faktor motivasi tersebut sehingga menjadi daya pendorong
yang efektif.[5]
C. Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu. Misalnya seorang guru tujuan motivasinya
adalah untuk memacu atau menggerakkan para siswanya agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan
pendidikan sesuai yang diharapkan dalam kurikulum sekolah.
Demikian juga
tujuan motivasi jika dilihat dari sudut pandang seorang pekerja. Tujuannya
motivasi itu sendiri adalah:
1. Mempertahankan kestabilan kerja.
2. Menciptakan disiplin kerja.
3. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang
baik.
4. Mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap
tugasnya.
5. Meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat dan
bahan.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan
didasari oleh yang dimotivasikan serta sesuai dengan kebutuhan orang yang
dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal
dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan dan kepribadian
orang yang akan dimotivasi.[6]
D. Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi yang akan dikupas
adalah:
1. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaaan, kesenangan
atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang
memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan
(hedone) yang bersifat duniawi.
Implikasi dari teori ini adalah setiap orang
akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau yang
mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan
kesenangan baginya. Contohnya: Siswa bersorak ria dikarenakan mendengar
pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru metematika mereka tidak dapat
mengajar kerena sakit. Menurut teori hedonisme, para siswa tersebut pada contoh
di atas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau belajar
dengan memenuhi kesenangannya.
2. Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan
nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri yaitu:
a. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri:
misalnya mencari makanan jika lapar, mencari perlindungan agar hidup aman.
b. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri:
misalnya dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya.
c. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan jenis:
misanya manusia ataupun hewan secara sadar ataupun tidak selalu menjaga agar
jenisnya atau keturunannya tetap berkembang dan hidup.
3. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri tapi berdasarkan dari pola tingkah laku yang dipelajari dari
kebudayaan ditempat orang tersebut hidup. Orang belajar paling banyak dari
lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan dibesarkan. Misalnya, seorang
pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,
pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang
kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengatahui
pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap
yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah.
4. Teori Daya Pendorong
Teori ini
merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”.
Daya pendorong adalah semacam naluri, tapi hanya sutu dorongan kekuatan yang
luas terhadap satu arah yang umum. Misalnya, suatu daya
pendorong pada jenis kelamin yang lain. Setiap orang dalam semua kebudayaan
mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang
digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlainan
bagi setiap individu. Menurut teori ini, bila seorang pemimpin ataupun pendidik yang ingin
memotivasi bawahannya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas
naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang
dimilikinya.
5. Teori Kebutuhan
Teori ini adalah teori yang banyak dianut sekarang. Teori kebutuhan beranggapan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Jadi, jika seorang
pemimpin atau pendidik ingin memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus
berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan
dimotivasinya.
Ada beberapa teori kebutuhan yang berkaitan erat dengan kegiatan motivasi.
Salah satunya teori kebutuhan Abraham Maslow. Pakar psikologi ini mengemukakan
adanya lima tingkatan kebutuhan pokok yang dijadikan kunci dalam mempelajari
motivasi manusia, yaitu:
Esteem Needs
|
Safety
and Security Needs
|
(Physicological
Needs)
|
Self
Actualization
|
Kebutuhan
Sosial
(Social
Needs)
|
Keterangan:
1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan dasar yang
bersifat primer dan vital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari
organisme manusia.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety
and security). Seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan
ancaman penyakit, kemiskinan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.
3. Kebutuhan social (Social Needs) yang
meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, rasa setia kawan, kerjasama dan
sebagainya.
4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs),
termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status,
pangkat dan sebagainya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self
actualization) seperti kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang
dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.
Tingkatan kebutuhan dari Maslow ini tidak
dimaksud sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih
merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu jika diperlukan
untuk memperkirakan tingkat kebutuhan yang mendorong seseorang yang akan
dimotivasi agar ia bertindak melakukan sesuatu.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
mengamati bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-beda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan yaitu antara lain karena latar
belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau,
pandangan atau falsafah hidup, cita-cita dan harapan masa depan dari setiap
individu.
E. Saran bagi Pengembangan Motivasi Dalam
Pendidikan
Mengingat
betapa pentingnya peranan motivasi bagi setiap orang dalam kehidupan
sehari-hari dan khususnya bagi dunia pendidikan, berikut ini beberapa saran dan
petunjuk-petunjuk yang mungkin berguna bagi kita:
Untuk mengembangkan motivasi yang baik pada
anak-anak didik kita, di samping kita harus menjauhkan saran-saran yang negatif yang dilarang oleh agama, yang
lebih penting lagi adalah membina pribadi anak didik agar dalam diri anak-anak
terbentuk adanya motif-motif yang mulia, luhur dan dapat diterima masyarakat.
Untuk itu, berbagai usaha dapat dilakukan. Kita dapat mengatur situasi-situasi
baik dalam lingkungan keluarga maupun di sekolah yang memungkinkan timbulnya
persaingan atau kompetisi yang sehat antar anak didik kita, membangkitkan self-competition
dengan jalan menimbulkan perasaan puas terhadap hasil-hasil dan prestasi yang
telah mereka capai, betapa pun kecil atau sedikitnya hasil yang telah dicapai
itu. Membiasakan anak didik mendiskusikan suatu pendapat atau cita-cita mereka
masing-masing yang dapat pula memperkuat motivasi yang baik pada
diri mereka. Tunjukkan kepada mereka dengan contoh-contoh kongkret sehari-hari
dalam masyarakat bahwa dapat tercapai atau tidaknya suatu maksud atau tujuan
sangat bergantung pada motivasi apa yang mendorongnya untuk mencapai maksud
atau tujuan itu.
Pada umumnya
motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Oleh
karena itu, bangunkanlah motivasi intrinsik pada anak-anak didik kita. Agar anak
didik mau belajar dan bekerja bukan karena takut dimarahi, dihukum, mendapat
angka merah, atau takut tidak lulus dalam ujian. Akan tetapi ia akan aktif, bekerja sendiri tanpa suruhan atau paksaan orang
lain.[7]
BAB III
PENUTUP
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau
organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Maka daripada itu sumber-sumber motivasi ada 2, yaitu timbul dari dalam diri individu itu sendiri (internal) dan Timbul dari lingkungan (eksternal). Semua itu bertujuan untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil
jika tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasikan serta sesuai dengan
kebutuhan orang yang dimotivasi.
Maka, setiap orang yang akan memberikan motivasi
harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan dan
kepribadian orang yang akan dimotivasi
Ada beberapa teori motivasi yang
dikemukakan oleh para tokoh seperti Teori Hedonisme, Teori Naluri, Teori Reaksi
yang Dipelajari, Teori Daya Pendorong dan Teori Kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsuddin Makmum, Psikologi Kependidikan,
Bandung: Penerbit PT Remaja Rosda, 2005.
Andi
Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, Jakarta: Penerbit PT Raja
Grafindo, 2006.
Mustaqim
dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
2003.
Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosda, 2007.
Sondang P siagian, Teori
Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2004.
[1]Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:
Penerbit PT Remaja Rosda, 2007), hal. 71.
[2]Andi
Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: Penerbit PT Raja
Grafindo, 2006), hal. 213.
[3]Mustaqim
dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
2003), Hal. 66.
[4]Abin
Syamsuddin Makmum, Psikologi Kependidikan,
(Bandung: Penerbit PT Remaja Rosda, 2005), hal. 37.
[5]Sondang
P siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya,
(Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2004), hal. 139-140.
[6]
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…, hal. 73-74.
psikologi motivasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar