pendidikan anak dan pengajaran anak


oleh:
Azizah Uswatun Hasanah
Nur Azizah
Radhiatul Asra
Risna Mauliza


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang masalah
Yang pertama kali dilihat oleh anak adalah rumah dan lingkungannya.tergambar dalam benaknya, kehidupan pertama yang dilihat dari sekitar mereka serta berbagai cara kehidupan mereka.jiwanya yang masih lentur siap menerima segala  yang diberikanpengaruh terhadapnya sesuai dengan lingkungan pertamanya. Imam Ghazali mengatakan, “anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya.hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih  polos tanpa ukiran dan gambar. Dia siap diukir dengan cenbderung kepada apa saja yang mempengaruhinya, jika ia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat baik maka ia akan tumbuh menjadi anak yang baik, begitu juga sebaliknya. Sebagaimana Rasulullah telah bersabda bahwasanya setiap anak yang lahir itu dalam keadaan fitrah(islam). Maka orangtuanyalah yg membawanya serta mendidiknya ke jalan yang benar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Mengkaji hadits seorang anak lahir dalam keadaan fitrah?
2.      Mengkaji hadits mengenai hal-hal yang dilakukan terhadap anak yang baru lahir?
3.      Mengkaji hadits cobaan tentang anak?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui hadits tentang anak lahir atas dasar fitrah serta ruang lingkupnya.
2.      Untuk mengetahui hadits tentang hal-hal yang dilakukan terhadap anak yang baru lahir.
3.      Untuk mengetahui hadits tentang cobaan tentang anak.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Anak Lahir Atas Dasar Fitrah

عَنْ أَ ِبيْ هر ير ةَ رَ ِضيَ الله عَنْهُ , قَا لَ لنَبِيُّ ص.م كل مَوْ لُوْ ٍد َ يُوْ لَدُ عَلَى الْفِطْرَ ةِ. فَأَ بَوَا هُ يُهَوِّدَا نِهِ أ وْ يُمَجِّسَا نِهِ (رواه البخاري)
Artinya: “Abu Hurairah r.a berkata : Nabi SAW. Bersabda:”tiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah(islami) ayah dan ibunya lah menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. (HR.Bukhari)

Pesan Hadits
a)      Anak Lahir dalam keadaan Fitrah
b)      Atau anak lahir itu fitrah seperti kertas putih
c)      Yang menulisi kertas putih itu, adalah kedua orang tuanya.

Titik permasalahan hadits ini adalah pada kata “fitrah”. Menurut jumhur ulama, terdapat 3 pemahaman arti dari kata fitrah, yaitu sebagai berikut: 
1.      Fitrah adalah suatu keadaan manusia dimana ia itu terlepas dari dosa-dosa.
2.      Fitrah sebagai thabi’at dasar  manusia yang sudah tertanam sejak lahir.
3.      Konsep keTuhanan yang ditanamkan dari sejak zaman sebelum dilahirkan.



B.     Hal-Hal Yang Dilakukan Terhadap Anak Yang Baru Lahir
1.      Azan dan iqamah saat anak baru lahir
عن عبد الله بن أبى رافع عن أبيه قال رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم أذن فى أذن الحسن بن علي حين ولدته فاطمة بالصلاة (رواه  أبي داود )
Dari Ubaidillah bin Abi Rafi’ r.a Dari ayahnya, ia berkata: aku melihat Rasulullah saw mengumandangkan adzan di telinga Husain bin Ali ketika Siti Fatimah melahirkannya (yakni) dengan adzan shalat. (HR. Abu Dawud).

Lalu tentang fadhilah dan keutamaannya, Sayyid ‘Alawi al-Maliki menyebutkan:
الأَوَّلُ فِعْلُهُ فِيْ أُذُنِ الْمَوْلُوْدِ عِنْدَ وِلاَدَتِهِ فِيْ أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَالإِقَامَةُ فِيْ أُذُنِهِ الْيُسْرَى وَهَذَا قَدْ نَصَّ فُقَهَاءُ الْمَذْهَبِ عَلَى نَدْبِهِ وَجَرَى بِهِ عَمَلُ عُلَمَاءِ الأَمْصَارِ بِلاَ نَكِيْرٍ وَفِيْهِ مُنَاسَبَةٌ تَامَّةٌ لِطَرْدِ الشَّيْطَانِ بِهِ عَنِ الْمَوْلُوْدِ وَلِنُفُوْرِهِمْ وَفِرَارِهِمْ مِنَ الأَذَانِ كَمَا جَاءَ فِي السُّنَّةِ (مَجْمُوْعُ فَتَاوِيْ وَرَسَائِلُ، ۱۱۲)
“Pertama (yang harus dilakukan adalah) melantunkan adzan di telinga kanan anak yang baru dilahirkan dan iqamah di telinganya yang kiri. Para Ulama telah bersepakat bahwa perbuatan ini tergolong sunnah. Dan mereka telah mengamalkan hal tersebut tanpa seorangpun yang mengingkarinya. Perbuatan ini mengandung hikmah untuk mengusir syetan dari anak yang baru dilahirkan itu, karena syetan akan lari ketika mendengan adzan, sebagaimana keterangan dalam hadits Nabi Muhammad SAW”. (Majmu’ Fatawi Wa Rasail, 112).
Tujuannya ialah agar pelajaran yang pertama kali didengarnya ketika datang ke dunia adalah kalimat tauhid, sebaliknya nantinya ketika akan meninggal dunia diperdengarkan talqin yang di dalamnya ada kalimat tauhid. Hal ini dikarenakan agar sesuatu yang pertama kali menembus pendengaran manusia adalah kalimat-kalimat seruan Allah yang mengandung kebesaran dan keangungan-Nya, serta syahadah (kesaksian) pertama memasuki Islam. Hal tersebut merupakan talqin (pengajaran) baginya tentang syiar Islam ketika memasuki Islam. Hal tersebut merupakan talqin (pengajaran) baginya tentang syiar Islam ketika memasuki dunia, sebagaimana halnya kalimat tauhid yang ditalqinkan ketika akan meninggal dunia. Pengaruh azan tersebut akan meresap dalam kalbunya dan akan mempengaruhinya meskipun dia sendiri tidak menyadarinya.
Hikmah lainnya dari azan ini syaitan akan lari ketika mendengar azan, sedangkan syaitan selalu mengintip anak itu sehingga dia dilahirkan. Maka syaitan mendengar apa yang dapat melemahkan dan apa yang dibencinya pada saat dia terkait padanya.

2.      Menyusui
Diriwayatkan dari Ummu Salamah ra, dia menceritakan Rasulullah SAW pernah bersabda:
لا يحرّم من الرّضا عة إلاّ ما فتق الْأمعا ء في الثّديِ و كان قبل الفطا م (روا ه الترمزى )
Artinya: “Tidak haram karena penyusuan melainkan apa yang (seorang bayi) merasa cukup dengannya dan dilakukan sebelum disapih dari penyusuan. (HR. Tarmidzi)
.
Dan Allah juga telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat: 233

والوا لدا ت يرضعن أولادهنّ حولين كا ملين لمن أراد أن يتمّ الرّضاعة ....          

Artinya: “Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh. Yaitu bagi ingin menyempurnakan penyusuan. (QS. Al-Baqarah: 233)

                       Allah SWT mewajibkan ibu menyusui anaknya selama 2 tahun, sebab Allah SWT tahu bahwa periode ini merupakan periode yang sangat penting dari berbagai aspek, baik kesehatan maupun kejiwaan bagi anak.
Jangan Sekedar Menyusui
Amru bin Abdillah pernah berkata kepada istri yang sedang menyusui anaknya, “Janganlah kau susui anakmu seperti binatang yang menyusui anaknya, yang hanya didorong oleh kasih saying kepada anak. Akan tetapi susuilah anakmu dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar dia hidupn melalui susuanmu itu. Mudah-mudahan dia kelak akan mentauhidkan dan menyembah Allah”.

3.      Aqiqah
Aqiqah adalah penyembelihan kambing pada hari ketujuh dari hari lahirnya. Menurut bahasa, aqiqah berarti pemotongan.

Para pengarang kitab sunnan (Ashabus sunnan) meriwayatkan dari Samirah, bahwa Rasulullah saw. telah  bersabda:
كل غلام رهينة بعقيقة تذبح عنه يوم سابعه ويخلق راْسه ويسمّى
(رواه النسا ئ وابو داود و أحمد)
Artinya: “Setiap anak( yang lahir ) tergadai oleh aqiqahnya, maka disembelihkan kambing untuknya pada hari tersebut, dicukur rambutnya dan diberi nama. (HR. Nasa’i, Abu Dawud dan Ahmad)[1]
1)      Mencukur Rambut
Mencukur rambut adalah anjuran Nabi yang sangat baik untuk dilaksanakan ketika anak yang baru lahir pada hari ketujuh
Imam Malik pernah meriwayatkan bahwa “Fatimah ra. menimbang rambut Hasan dan Husain, demikian juga rambut Ummu Kultsum, lalu menyedekahkan perak seberat rambut tersebut.”

2)      Memberi Nama
      Dalam riwayat Muslim disebutkan, bahwa Jabir berkata: “Salah seorang diantara kami dikaruniai seorang putra, lalu dia menamakannya Muhammad. Maka kaumnya kemudian berkata kepadanya, ‘Kami tidak akan membiarkanmu memberikan nama putramu dengan nama milik Rasulullah SAW. dia lalu pergi dengan menggendong anaknya untuk menghadap Nabi. Dia berkata kepada Nabi, “Ya Rasululla, aku dikaruniai seorang putra yang baru lahir, lalu aku beri nama Muhammad. Namun kaumku mengatakan kepadaku, ‘kami tidak akan membiarkanmu memberikan nama putramu dengan nama milik Rasulullah SAW.’
Rasulullah Kemudian bersabda : “Namai putra-putramu dengan menggunakan namaku (Muhammad), namun jangan memakai julukanku (Abul Qasim). Karena sesungguhnya aku adalah Qasim (pembagi), yang membagi diantara kalian.”


C.       Cobaan Tentang Anak
Anakpun dapat pula menjadi cobaan (fitnah) atau bahkan sebagai musuh bagi kedua orang tuanya, bila anak berkembang tanpa didikan yang baik dan benar.
Diantara haditsnya  adalah yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Ka’b bin ‘Iyadh radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْوَلَدَ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ

“Sesungguhnya anak itu penyebab kekikiran dan ketakutan. ” (HR. lbnu Majah)
Maksud dari hadits ini adalah anak akan membawa kedua orangtuanya untuk berbuat bakhil dan mendorongnya untuk bersifat demikian sehingga dia menjadi kikir harta karenanya, serta meninggalkan jihad karenanya. Hadits ini juga mengabarkan bahwa hendaknya seseorang berhati-hati terhadap anak, yang dapat menyebabkan munculnya sifat-sifat ini. Juga akan memunculkan akhlak yang demikian. Ada sebagian kaum yang membenci untuk meminta dikaruniai anak karena khawatir keadaan yang tidak mampu dia tolak dari dirinya, sebab menetapnya hal ini (pada diri manusia) secara alami dan mesti terjadi.
     Allah juga telah berfirman:
يا يها الذين اموا ان منارواجكم واولادكم عدوا لكم فا حذ رهم وإن تعفوا و تصفحوا وتغفروا فإن الله  غفورٌ رّحيم 
                
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri dan anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, karena itu kalian harus waspada dan berhati-hati pada mereka, dan bila kamu memaafkan serta mengampuninya, maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi penyayang” (QS. Ath-Thagabun: 14)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Alah mengingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya waspada dan berhati-hati dalam mencintai, mengasihi anak istri agar tidak berlebihan, sebab diantara mereka ada yang berupa musuh dalam selimut pada tubuh kita, yaitu apabila sampai dapat merintangi kita beramal shaleh atau melalaikan kita dari zikrullah serta tuntunan ajaran Allah. Seorang mukmin wajib mengetahui dan memahami bahwa yang paling utama dari seluruh kepentingan hidupnya ialah taat, beriman dan menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya.
Adakalanya istri dan anak itu mendorong suami untuk memutuskan hubungan family dan kerabat atau mendurhakai orangtua, maka suami karena sangat mencintai istrinya, iapun menuruti ajakan istri atau anak-anaknya. Inilah yang diperingatkan oleh Allah supaya waspada dan berhati-hati, sebab jika akan menjurumuskan kita kedalam neraka jelas mereka menjadi musuh, bukan kawan hidup yang baik.


PENGAJARAN DAN PENDIDIKAN ANAK
Tanggung jawab orang tua yaitu memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik bagi anak-anaknya.karena tidaklah anak yang baik itu melaikan atas pendidikan pertama yang pernah dia dapat dirumah atau yang pernah di ajarkan oleh orang tuanya, sampai-sampai Rasulullah meletakan kaidah mendasar yang  kesimpulannya adalah seorang anak itu tumbuh dan berkembang mengikuti agama orang tuanya.keduanya yang akan memberikan pengaruh yang kuat kepada sianak tersebut.
Iman Ghazali dalam risalahnya yang berjudul Ayyuhal Walad mengatakan bahwa makna tarbiah (pendidikan) serupa dengan pekerjaan seorang petani yang membuang duri dan mengeluarkan tumbuhan-tumbuhan asing atau rerumputan yang mengaggu tanaman agar bias tumbuh dengan baik dan membawa hasil yang maksimal.
Ibnu Qayyim juga menegaskan bahwa tanggung jawab ini dan memberikan keterangan yang cukup berguna.  bahwa Allah akan meminta pertanggung jawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari kiamat.sebelum anak yang meminta pertanggung jawab orang tuanya.
Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)

Diantara pendidikan anak yang harus diberikan oleh orangtua adalah sebagai berikut:
·         Menanamkan tauhid dan aqidah yang benar kepada anak.
·         Mengajari anak untuk melaksanakan ibadah.
·         Mengajarkan al-quran, hadits serta doa dan dzikir yang ringan kepada anak-anak.
·         Mendidik anak dengan berbagai adab dan akhlaq yang mulia.
·         Melarang anak dari berbagai perbuatan yang diharamkan.
·         Menanamkan cinta jihad serta keberanian.
·         Membiasakan anak dengan pakaian yang syar’i.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”
Untuk itu, orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.


DAFTAR PUSTAKA
Mahmud Mahdi Al Istanbuli, Seni Mendidik Anak, Pustaka Azzam, Cairo: 2007
Drs. Moh. Machfuddin Aladip, Fikih Wanita, PT Karya Toha Putra, Semarang: 1985
 Husain Fadhhullah, Dunia Anak, PT Cahaya, Libanon: 2002
 Ibnu Qayyim Al-jauziyyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Pustaka Alkausar, Jakarta: 2007
Muhaamad Faiz Al Math, 1100 Hadits Terpilih, Daarul Kutub Al-arabiyyah,Jakarta:  1991
Suwaid Muhammad, Mendidik Anak Bersama Nabi, Pustaka Arafah, Solo: 2003
Ghofar Abdul, Fiqh Wanita, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 1998



[1]Ghofar Abdul, Fiqh Wanita,( Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 1998), hal. 480



Baca Juga Artiker Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAFTAR ISI