DOKTRIN KEPERCAYAAN DALAM ISLAM
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 4
CHAIRIL
MAIZATUL LIVIA
SURYAWATI
NURAZIZAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIAR-RANIRY
FAKULTAS TARBIYAH
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2012/2013
BAB I
PEMBAHASAN
A. Iman kepada Allah
Imam Ibnu Hibban dan al-Hakim meriwayatkan
dari Abu Sa’id al-Khudri dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda:
قال موسى: يا ربّ علمنى شيأ اذكرك وادعوك به.
قال ياموسى : "لااله الاّالله" قال :يا ربّ, كلّ عبادك يقولون هذا, قال:
ياموسى, لو انّ السموات السبع وعامرهنّ غيري والارضين السبع فى كفة ولا اله الا
الله فى كفّة مالت بهنّ لااله الا الله
Musa berkata: “Wahai Tuhanku, ajarkanlah
kepadaku sesuatu yang dapat kupergunakan untuk memuji dan menyebut-Mu. “Allah
menjawab: “Wahai musa, ucapkanlah la illa Allah! “Musa berkata: “Wahai Tuhanku,
semua hamba-Mu telah mengucapkannya.” Tuhan berkata: “Tidak apa-apa. Sekiranya
tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta isinya, selain Aku, diletakkan
pada satu sisi timbangan dan pada sisi timbangan lainnya diletakkan kalimat la
ilaha illa Allah, niscaya timbangan yang berisi kalmat la ilaha illa Allah akan
lebih berat dari sisi timbangan yang satunya lagi.”
Kalimat la ilaha illa Allah atau biasa disebut
kalimat thayyibah adalah suatu pernyataan pengakuan tentang keberadaan Allah
Yang Maha Esa: Tiada Tuhan selain Dia. Ia merupakan bagian dari lafad
syahadatain yang harus diucapkan oleh seseorang yang akan masuk dan memeluk
agama islam. Bentuk pernyataan pengakuan terhadap Allah berimplikasi pada
pengakuan-pengakuan lainnya yang berhubungan dengan-Nya, seperti zat Allah,
sifat-sifat Allah, kehendak Allah perbuatan Allah, malaikat Allah, para nabi
dan utusan Allah, hari kiamat, serta surga dan neraka. Ia merupakan refleksi
dari tauhid Allah yang menjadi inti ajaran islam. Oleh karena itu, ia yang
merupakan kalimat yang terdapat dalam hadist qudsi ini sangat sarat nilai.
Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan tuhan-tuhan
lainnya yang dianut oleh para pengikut agama selain islam.
B. Kemustahilan menemukan zat Allah
Allah adalah Maha Esa, baik dalam zat, sifat
maupun perbuatan. Esa dalam zat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa
bagian yang terpotong-potong dan Dia pun tidak mempunyai sekutu. Esa dalam
sifat berarti bahwa tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat seperti yang
dimiliki oleh Allah. Dan esa dalam
perbuatan ialah bahwa tidak ada seseorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu
yang menyerupai perbuatan Allah.
Allah dengan sifat rahman dan rahim-Nya, telah
membekali manusia dengan akal dan pikiran untuk digunakan dalam menjalankan
kehidupannya. Akal pikiran itu merupakan cirri keistimewaan manusia, sekaligus
faktor pembeda antara manusia dan makhluk lainnya. Manusia dapat mencari taraf
kehidupan yang mulia melalui akal pikirannya, sebaliknya manusiapun dapat
terpuruk ke kehidupan yang hina melalui akalnya. Akal, sekalipun telah
dipergunakan dengan sungguh-sungguh, keberadaannya tetap dalam ruang lingkup
yang terbatas. Artinya ada sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikan
oleh akal. Salah satu persoalan yang tidak diselesaikan oleh akal adalah zat
Allah. Dalam Al-quran Allah berfirman,”Allah tidak akan dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah
Yang Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 103)
C. Argumen keberadaan Allah
Ada teori yang menerangkan asal kejadian alam
semesta yang mendukung keberadaan Tuhan, adalah sebagai berikut:
1. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini
ada dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya.
2. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini
berasal dari sel (jauhar) yang merupakan inti.
3. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu
ada yang menciptakan
Teori pertama tampaknya sudah sangat tidak relevan. Ia dapat
ditolak dengan teori sebab-akibat. Menurut teori kausalitas, adanya sesuatu itu
disebabkan adanya sesuatu yang lain. Dengan demikian, menurut teori ini alam
semesta tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses penciptaan, yang
karenanya tentu ada yang menciptakan.
Al-farabi, dengan teori pancaran
(enamasi)-nya, mengatakan bahwa alam semesta ini adalah hasil pancaran dari
wujud kesebelas atau akal kesepuluh. Selain al-Farabi, ibnu Sina membangun
sebuah teori yang disebut teori wujud (filsafat wujud). Teori wujud dibangun
dalam upaya membuktikan aksistensi Tuhan. Menurut teori ini, sifat wujud lebih
penting dari sifat-sifat lainnya, meskipun sifat esensi (mahiyah) sendiri.
Esensi, menuruynya, terdapat pada akal sedangkan wujud berada di luar akal.
Wujud menjadikan esensi yang berada di dalam akal mempunyai kenyataan di luar
akal. Oleh karena itu, masih menurut teori ini, esensi itu ada yang mustahil
berwujud (mumtani’ al-wujud), ada yang mungkin berwujud (mungkin al-wujud) atau
tidak mungkin berwujud (gair mumkin al-wujud), dan ada pula yang mesti berwujud
(wajib al-wujud). Dalam wajib al-wujud, esensi tidak mungkin berpisah dari
wujud. Wajib al-wujud adalah Tuhan yang terjadi dengan sendirinya.
Teori yang kedua yang mengatakan bahwa alam semesta ini
berasal dari sel. Menurutnya, sel tidak mungkin mampu menyusun dan memperindah
sesuatu seperti yang terjadi pada struktur alam semesta.
Teori ketiga yang ketiga mengatakan bahwa alam semesta alam semesta
ada yang menciptakan adalah teori yang bersesuaian dengan pemikiran akal yang
sehat. Oleh karena itu, ia, baik secara ‘aql maupun naql yang dapat diterima.
Masalah yang kemudian muncul dari teori ketiga adalah : siapakah yang
menciptakan alam semesta ini?. Menurut doktrin islam, yang hal ini pun menjadi
akidah dan keyakinan umat islam, pencipta alam semesta ini ialah Tuhan. Jawaban
itu membawa kepada pengertian bahwa Tuhan itu ada.
Iman kepada Allah adalah doktrin utama dalam
islam yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ia adalah dimensi ta’abudi yang
terkait dengan petunjuk dan pertolongan Allah atas hamba-Nya. Tanpa hidayah
dari Allah, akan sulit bagi siapa pun untuk dapat mempercayai-Nya.
Terminology iman tidak hanya sekedar
kepercayaan dan pengakuan akan adanya Allah, tetapi mencakup dimensi pengucapan
dan perbuatan. Keyakinan atau pengakuan merupakan gerbang pertama keimanan.
Keyakinan itu adanya di hati. Ia merupakan bentuk pengakuan yang
sungguh-sungguh tentang kebenaran adanya Allah Yang Maha Esa. Keyakinan ini,
selanjutnya diikuti dengan suatu pernyataan lisan dalam bentuk melafalkan dua
kalimah syahadat: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Dua unsur iman, keyakinan dan pertanyaan
lisan, disempurnakan oleh unsur yang ketiga, yaitu perbuatan (amal). Unsure
ketiga menunjukan bahwa iman itu memerlukan perbuatan atau kerja yang nyata.
Dengan demikian, orang yang mengaku berima kepada allah tidak cukup dengan adanya
keakinan akan adanya Allah yang selanjutnya di ucapkan dengan lisan, tetapi
harus sampai pada bentuk-bentuk pengamalan segala ajaran-Nya
Dalam doktrin keimanan ini kita menemukan
beberapa doktrin lain yang di nyatakan dalam al-qur’an : Allah itu Esa dan
tidak ada sekutu bagi-Nya, dan segala mhkluk mengabdi dan meminta pertolongan.
Oleh karena itu, doktrin islam menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta,
Pemelihara, Penguasa, dan Pemberi rezeki kepada hamba-Nya.
Konsekuensi logis dari iman kepada Allah adalah
keharusan mengimani ajaran Allah dan segala yang datang dan bersumber dari
Allah, seperti mengimani malaikat Allah, kitap-kitap Allah, hal-hal yang gaib
seperti hari kiamat, alam kubur, surge dan neraka.
D. Iman kepada malaikat, kitab, dan rasul Allah
1. Malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk Tuhan yang diciptakan
dari al-nur (cahaya), seperti diterangkan dalam hadist riwayat Imam Muslim yang
menjelaskan bahwa Allah Swt mencptakan dari cahaya, jin dari nyala api, dan
Adam dari tanah. Penciptaan malaikatlebih dulu dari penciptaan manusia. Ketika
Allah Swt berkehendak menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, Dia
memberitahukan rencana-Nya itu kepada malaikat sehingga terjadi dialog antara
Dia dan malaikat.
Malaikat termasuk makhluk ruhani yang bersifat
ghaib. Mereka bukan kelompok makhluk berwujud jasmaniah yang dapat diraba,
dilihat, dicium, dan dirasakan karena mereka beradadi alam yang berbeda dengan
alam manusia.
Tidak seorangpun mengetahui hakikat malaikat
kecuali Allah Swt dan orang-orang yang telah ditentukan-Nya, karena tidak
didapatkan satu nas pun yang menjelaskan bentuk dan hakikat malaikat. Akan
tetapi, dalam keadaan tertentu malaikat menampakkan dirinya dalam rupa manusia
atau bentuk lain yang dapat dicapai oleh rasa dan penglihatan manusia. Antara
malaikat yang satu dengan yang lainnya memiliki beberapa perbedaan, seperti
kedudukan dan pangkat yang hanya di ketahui oleh Allah Swt.
Tugas malaikat itu ada yang dikerjakan di alam
ruh dan ada pula yang dikerjakan di alam dunia. Tugas malaikat di alam ruh
ialah menyucikan atau bertasbih serta taat dan patuh sepenuhnya kepada Allah
Swt, memikul Arsy, memberi salam kepada ahli surga, dan menyiksa para ahli
neraka. Adapun tugas malaikat di alam dunia ialah menurunkan wahyu yang diemban
oleh malaikat jibril. Ia disebut juga ruh al-amin, atau ruh al-qudus. Adapun
tugas malaikat-malaikat yang lainnya adalah sebagai berikut:
·
Malaikat mikail mengatur perjalanan bintang-bintang ,
menentukan musim seperti menurunkan hujan dan panas serta menurunkan rezeki
·
Malaikat Jibril (malak maut) mencabut nyawa
·
Malaikat israfil bertugas meniup sangkal kala atau nafiri
ketika terjdi kiamat besar
·
Malaikat Raqip dan Atidbertugas mencatat segala perbuatan
manusia Raqib berada di sebelah kanan manusia yang mencatat perbuatan baik, dan
Atid berada di sebelah kiri yang mencatat perbuatan buruk
·
Malaikat Mungkar dan Nakir bertugas memeriksa amal
perbuatan manusia di alam kubur
·
Malaikat Malik bertugas menjaga neraka, tempat manusia
menerima sanki sebagai balasan perbuatan buruk mereka ketika hidup di dunia
·
Malaikat Ridwan bertugas menjaga syurga, tempat
kebahagiaan manusia sebagai ganjaran atas perilaku baik mereka di dunia.
Jumlah malaikat itu banyak sekali
dan tidak diketahui secara pasti. Hal ini seperti yang terjadi pada perang
Badar ketika Allah Swt menurunkan beribu-ribu malaikat yang membantu kaum
Muslimin untuk melawan musuh islam, yaitu bangsa Quraisy. Akan tetapi, dari
jumlah mereka yang banyak itu yang wajib diimani hanya sepuluh malaikat seperti
yang telah dikemukakan terdahulu.
2. Kitab-kitab Allah
Ayat-ayat Allah Swt yang merupakan
ajaran-ajaran dan tuntunan itu dapat dibedakan menjadi menjadi dua:
Pertama, ayat-ayat yang tertulis di dalam kitab-Nya
Kedua, ayat-ayat yang tidak tertulis, yaitu alam asemesta
Ayat-ayat yang tertulis terformulasikan dalam
empat kitab: Al-qur’an, injil, taurat, dan zabur yang masing-masing diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw, Nabi Isa a.s, Nabi Musa a.s, dan Nabi Daud a.s.
keempat kitab itu disebut kitab-kitab langit, karena kitab-kitab itu diyakini
umat Islam sebagai firman Allah yang diwahyukan kepada para nabi dan rasul.
Hanya saja, kitab-kitab selain Al-qur’an sudah terkontaminasi oleh manusia
sebagaimana diberitakan dalam beberapa ayat dalam Al-qur’an. Islam mengajarkan
bahwa mempercayai dan mengimani semua kitab-kitab Allah itu adalah wajib. Ia
merupakan konsekuensi logis dari pembenaran terhadap adanya Allah Swt. Oleh
karena itu, tidak sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab-kitab tersebut.
a.
Al-qur’an Al-karim
Al-quran yang di turunkan kepada Nabi Muhammad
SAW diturunkan selama 22 tahun lebih dan di turunkan di duakota Mekah dan
Madinah. Al-quran di bagi menjadi 30 juz dan terdiriatas 114 surat.
Al-Quran merupakan kitab langit terakhir yang
di turunkan oleh Allah SWT kepada Nabi terakhir pula.Sebagai kitab terakhir,
Alquran menempati posisi yang sangat penting, ia memilikisejumlah keistimewaan
apabila di bandingkan dengan Kitab-kitab sebelumnya.Di antara keistimewaannya
adalah sebagai pelanjut, penyempurna dalam arti penambah dan pengurang atas
muatan kitab-kitab sebelumnya dan keberlakuannya tidak di batasi waktu. Secara
rinci keistimewaannya adalah sebagai berikut:
ü pertama Al-quran memuat ringkasan ajaran-ajaran yang
di bawa oleh ketiga Kitab sebelumnya.Di samping itu, ia pun memperkokoh
kebenaran yang di ajarkan oleh kitab-kitab sebelumnya, seperti aspek keesaan
dan keimanan kepada Allah,keimanan kepada para Rasul, pembenaran atas adanya
hari akhir, surga dan neraka serta keharusan berakhlak mulia.
ü Kedua sebagai kitab terakhir,Al-quran memuat kalm
Allah terakhir yang berperan sebagai petunjuk dan pemimpin bagi manusia di
dunia.Oleh karena itu kemurnian isinya sangat terjaga dan terpelihara dari
tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
ü Ketiga keberlakuan Al-quran tidak di batasi oleh
ruang dan waktu.
ü Keempat Al-quran merupakan kitab suci agama islam,
karena islam merupakan agama dakwah, maka Al-quran pun harus di sebarluaskan
atau didakwahkan.Agar dakwah itu mudah dicerna dan di pahami, Allah telah mewahyukan
kalam-Nya itu dengan bahsa yang sangat mudah.
b.
Kitab Injil
Kitab Injil adalah firman Allah yang di
wahyukan kepada Nabi Isa a.s.Ia hanyadi syariatkan untuk untuk umat Nbi Isa
a.s, yaitu kaum Nasrani. Oleh karena itu, keberlakuan Injil di batasi oleh waktu,
yaitu sampai saat dating dan di utus nya Nabi Muhammad SAW. Mengimani
kitab-kitab selain Al-quran , termasuk kitab Injil, merupakan doktrin dari rukun iman yang ketiga.
Pada mulanya kitab yang di sebut terakhir ini
hanya memuat kalm Allah.Tetapi pada perkembanganya ternyata mengalami
perubahan, yaitu dengan masuknya tulisan-tulisan para pengikut Nabi a.s
sehingga berubah dari bentuk dan isinya yang asli. Hal ini diisyaratkan oleh
Allah .
c.
Kitab Taurat
Taurat merupakan firman Allah yang diwahyukan
kepada Nabi Musa a.s. untuk membimbing Bani Israil. Oleh karena itu,
keberlakuan kitab ini pun dibatasi, yaitu sampai tiba Kitab Allah berikutnya.
Ia pun wajib diimani oleh umat Islam dan banyak disebutkan di dalam Al-qur’an.
Isi utama dari kitab Aurat adalah Sepuluh
perintah Tuhan yang diterima oleh Nabi Musa a.s. di bukit Tursina atau gunung
Sinai. Sepuluh perintah Tuhan itu adalah:
1.
Hormati dan cintailah satu Allah
2.
Sebutkanlah nama Allah dengan hormat
3.
Sucikanlah hari Tuhan, yaitu hari sabtu setelah bekerja 6
hari seminggu
4.
Hormatikanlah ibu dan bapak
5.
Dilarang membunuh
6.
Dilarang berzina
7.
Dilarang mencuri
8.
Dilarang berdusta
9.
Jangan ingin berbuat cabul, dan
10.
Jangan ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang
tidak halal.
d.
Kitab Zabur
Istilah Zabur, yang kata jamaknya zubur, di
dalam Al-qur’an terdapat pada beberapa tempat. Yang di maksud zabur dalam
tulisan ini ialah firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Dawud a.s Zabur,
dalam bahasa arab disebut juga dengan mazmur, dalam jamaknya mazamir, dalam
bahasa ibrani disebut mizmor, dalam bahasa Suriani disebut mazmor, dan dalam
bahasa Ethiopia disebut mazmur.
e.
Rasul-Rasul Allah
Doktrin Islam mengajarkan agar setiap orang
Islam beriman kepada semua rasul yang diutus oleh Allah Swt tanpa memberdayakan
antara satu rasul dengan rasul lainnya. Secara bahasa rasul (Inggris,
messenger, apostle) adalah orang yang diutus. Artinya, ia diutus untuk
menyampaikan berita rahasia, tanda-tanda yang akan datang, dan misi atau
risalah. Secara terminologi, rasul berarti orang yang diutus oleh Allah Swt
untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya.
Dalam mengartikan rasul dan nabi, para ulama
terbagi dua kelompok. Kelompok pertama mempersamakan arti keduanya: dan
kelompok kedua membedakannya. Menurut kelompok yang disebutkan terdahulu, baik
rasul maupun nabi sama-sama menerima wahyu yang harus disampaikan kepada
umatnya. Adapun menurut kelompok yang disebutkan terakhir, hanya rasul yang
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya, sementara nabi
tidak dibebani kewajiban itu.
Rasul adalah manusia biasa yang dipilih oleh
Allah Swt dari keturunan yang mulia yang diberi berbagai keistimewaan, baik
akal pikiran maupun kesucian rohani. Keistimewaan para rasul merupakan bekal
agar mereka cukup kuat mengemban berbagai kewajiban yang dikandung dalam
risalah, di samping agar mereka menjadi suri teladan bagi umatnya. Sebagai
manusia biasa, rasul adalah seperti layaknya manusia lainnya yang suka makan
minum, tidur, hubungan seksual, terkene penyakit, seperti yang di alami Nabi
Ayyub a.s . diantara tugas yang diemban oleh para rasul adalah :
ü
Mengajarkan tauhid dengan segala sifat-sifat-Nya
ü
Mengajak manusia agar hanya menyembah dan meminta
pertolongan kepada Allah
ü
Mengajarkan kepada manusia agar memiliki moral atau
akhlak yang mulia
ü
Mengajarkan kepada manusia norma-norma kehidupan agar
selamat di dunia dan di akhirat
ü
Mengajak manusia agar bersemangat dalam bekerja dan
berusaha serta menjauhkan sifat-sifat malas sehingga terjadi keseimbangan
antara kehidupan dunia dan akhirat
ü
Mengajak manusia agar tidak mengikuti hawa nafsu
ü
Menyampaikan berita-berita yang bersifat gaib, seperti
malaikat, surga dan neraka, alam kubur dan alam akhirat.
Dalam
rangka menyampaikan tugas risalahnya, para rasul dilengkapi dengan berbagai
bekal keutamaan seperti kitab, mukjizat, dan sifat-sifat kemuliaan. Adapun
sifat-sifat yang diberikan Allah kepada rasul adalah sebagai berikut:
1.
Shiddiq, artinya jujur dan benar serta terhindar dari
dusta atau bohong
2.
Amanah, artinya dapat dipercaya dan terhindar dari sifat khianat
3.
Tabliqh, artinya menyampaikan dan terhindar dari sifat
al-kitman atau menyembunyikan sesuatu
4.
Fathanah, artinya bijaksana dan brilian serta terhindar
dari sifat al-jahl atau bodoh
5.
Ma’shum, artinya senantiasa mendapatkan bimbingan dari
Allah sehingga apabila malakukan kekeliruan, langsung mendapat teguran dan
koreksi dari Allah.
f.
Alam Gaib
Manusia itu tersusun atas dua unsur: tubuh
kasar dan ruh. Ruh adalah urusan Allah yang termasuk gaib. Ketika manusia mati,
ruh tidak ikut mati tetapi kembali kea lam arwah. Oleh karena itu, akal pikiran
manusia tidak mampu menerangkan ruh dengan jelas.
Kematian merupakan pintu bagi manusia untuk
memasuki alam kedua, alam kubur, atau biasa disebut alam barzah. Para ulama
mengartikan alam barzah sebagai periode antara kehidupan dunia dan kehidupan
akhirat. Keberadaan di alam barzah memungkinkan seseorang dapat melihat
kehidupan dunia dan akhirat. Ia bagaikan suatu ruangan kaca yang penghuninya
bisa melihat ke bagian depan berupa hari kemudian dan ke arah belakang pentas
kehidupan dunia. Kehidupan di alam barzah bisa menyenangkan, bisa juga
menyedihkan, bergantung pada perbuaan dalam kehidupan dunia. Jika amalnya baik,
baik pula kehidupan alam kuburnya, jika amal dunianya buruk, buruk pula
kehidupan alam kuburnya.
Setelah alam barzah, manusia memasuki
kehidupan tahap ketiga, yaitu alam akhirat. Alam ini di mulai dengan peniupan
sangkalkala yang pertama saat terjadinya hari kiamat yang pada saat itu pula
segala makhluk mengalami kerusakan dan kematian kecuali malaikat israfil yang
akan meniup sangkalkala yang kedua. Tiupan sangkalkala merupakan tiupan untuk
membangkitkan makhluk dari kematian yang selanjutnya digiring dan dikawal oleh
para malaikat untuk berkumpul di padang Mashar (tempat berkumpul untuk
menghadapi pengadilan Allah). Pengadilan itumenggunakan timbangan yang sangat
adil. Setelah melalui proses pengadilan, manusia terbagi kedua kelompok:
penghuni syurga, dan penghuni neraka. Syurga adalah tempat kebahagiaan dan
neraka tempat penyiksaan.
BAB II
KESIMPULAN
Iman kepada Allah adalah
Doktrin utama dalam islam yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ia adalah
dimensi Ta’abbudi
yang terkait dengan petunjuk dan pertolongan Allah atas Hambanya. Tidak mungkin
kita bisa menghitung seluruh doktrin yang ada dalam islam dan memang tidak ada
tuntutan untuk mengetahui semua doktrin dalam islam, tapi ada beberapa doktrin
sentral yang seharusnya diketahui oleh seorang mislim, doktrinsentral tersebut
meliputi; Allah,Wahyu, Rasul, Manusia, Alam Semesta, serta Eskatologi (hari
kiamat). Bentuk pernyataan pengakuan terhadap Allah terinflikasi pada
pengakuan-pengakuan lainnya yang berhubungan dengan Dzat Allah, sifat-sifat
Allah, kehendak Allah, perbuatan Allah,
malaikat Allah, para Nabi dan utusan Allah, hari kiamat, surga dan
neraka.
DAFTAR PUSTAKA
Atang
Abd hakim, Metodelogi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar