SEJARAH ISLAM
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
FEBRUARINA RISKY
KHAIRUNNISAK
RADHIATUL
ASRA
RI AYATI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY
FAKULTAS
TARBIYAH
2011
/ 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Sejarah
Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian
para peneliti baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karena
banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam,
mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus
peringatan agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat Islam dalam sejarah
pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun
misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang Islam.
Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran,
penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki
keadaan dirinya dan tampil untuk mencapai kemajuan.
Sementara
itu, bagi para peneliti Barat, mempelajari sejarah Islam selain ditujukan untuk
pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan
kekurangan umat Islam agar dapat dijajah dan sebagainya. Disadari atau tidak,
selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil
penelitian para sarjana Barat. Hal ini terjadi, karena selain masyarakat Barat
memiliki etos keilmuan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik
yang kuat dari para pemimpinnya. Sementara dari kalangan para peneliti Muslim
tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di
bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
Dari
keadaan itulah, banyak masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan produk-produk
hukum yang dipelajari diberbagai lembaga pendidikan, dengan tidak disertai oleh
pengetahuan sejarah yang cukup. Dengan demikian, sering berbagai masalah sosial
dan hukum serta pemikiran lainnya dipahami lepas dari konteksnya, sehingga
kemampuan untuk mengaitkannya dengan masalah-masalah yang muncul di masyarakat
menjadi tidak terjangkau.
Menyadari
berbagai persoalan diatas, maka diberbagai lembaga pendidikan Islam yang ada
hingga sekarang bidang studi sejarah Islam dipelajari. Untuk itu, pada bagian ini kami
akan mencoba membahas mengenai sejarah Islam yang mencakup fase-fase sejarah
Islam, Islam periode klasik, Islam periode pertengahan (1250-1800 M.), dan
Islam periode modern (sejak 1800 M.)
BAB
II
PEMBAHASAN
SEJARAH
ISLAM
Sejarah
berasal dari kata tarikh (bahasa Arab), sirah (bahasa Arab), history
(bahasa Inggris), dan geshichte (bahasa Jerman). Semua kata tersebut
berasal dari kata yunani, yaitu istoria yang berarti ilmu.
Defenisi
sejarah yang lebih umum adalah masa lampau manusia, baik yang berhubungan
dengan peristiwa politik, sosial, ekonomi maupun gejala alam, pengertian ini
bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau maupun
dengan segala isinya.
Menurut
Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa
lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa
pada masa lampau, dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya
peristiwa, adanya batasan waktu, yaitu masa lampau, adanya pelaku yaitu manusia
dan daya kritis dari peneliti sejarah.
Dalam
kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S.Poerwodarminto mengatakan sejarah adalah kejadian
dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau atau peristiwa
penting yang benar-benar terjadi. Ruang lingkup sejarah islam dilihat dari segi
periodesasinya, dapat dibagi menjadi periode klasik, periode pertengahan, dan
periode modern.
Periode
klasik yang berlansung sejak tahun 650-1250 M, ini dapat dibagi lagi menjadi
masa kemajuan Islam, yaitu sejak tahun 650-1000, dan masa disintegrasi yaitu
dari tahun 1000-1250, pada masa kemajuan islam itu tercatat sejarah perjuangan
Nabi Muhammad Saw. dari tahun 570-632 M, khulafaur Rasyidin 632-661 M, Bani
umayyah dari tahun 661-750 M, Bani Abbas dari tahun 750-1250 M.
Selanjutnya,
periode pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M, dapat dibagi
kedalam dua masa, yaitu masa kemunduran I dan masa tiga kerajaan besar, masa
kemunduran I berlansung sejak tahun 1250-1700 M, Dizaman ini Jengis Khan dan
keturunannnya datang membawa penghancuran kedunia Islam. Sedangkan masa tiga
kerajaaan besar yang berlansung dari tahun 1500-1800 dapat dibagi menjadi fase
kemajuan (1500-1700 M), dan masa kemunduran II (1700-1800 M).
Adapun
periode modern, yang berlansung dari tahun 1800 M sampai dengan sekarang ditandai
dengan zaman kebangkitan Islam.
Selanjutnya,
dilihat dari segi isinya sejarah Islam dapat dibagi ke dalam sejarah mengenai
kemajuan dan kemundurannya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang politik,
pemerintahan, ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dengan berbagai paham dan
aliran yang ada didalamnya, dan lain sebagainya, sejarah mengenai penyebarannya
keberbagai belahan dunia, tokoh-tokoh yang mengembangkannya.[1]
- Fase-Fase
Sejarah Islam
Para
sejarawan terdapat perbedaan
tentang saat dimulainya sejarah Islam. Perbedaan pendapat tersebut ada dua. Pertama,
sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul. Kedua,
sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah.
Begitu
pula, terdapat juga perbedaan pendapat dalam menentukan fase-fase atau
periodisasi sejarah Islam.
Untuk kepentingan analisis fase-fase sejarah Islam yang dipakai dalam makalah
kami adalah fase-fase sejarah Islam
yang dibuat oleh
ulama pada umumnya, yaitu:
1. Periode
klasik (650-1250 M)
2. Periode
pertengahan (1250-1800 M)
- Islam
Periode Klasik (650-1250 M)
Perkembangan
Islam
klasik ditandai dengan perluasan wilayah. Ketika tinggalnya di Mekah, Nabi
Muhammad saw. dan para pengikutnya
mendapat tekanan dari suku Quraisy yang tidak setuju terhadap ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad saw. Karena tekanan itu, Nabi Muhammad saw. terpaksa
mengirim sejumlah pengikutnya ke Abesenia untuk mendapatkan suaka.
Setelah
meninggalnya Khadijah,
istri Nabi Muhammad saw.
dan kemudian disusul oleh meninggalnya kakek beliau. Karena Nabi Muhammad
merasa tidak aman di Mekkah, maka beliau berhijrah ke Madinah.
Pada tahun 620 M, Nabi Muhammad saw.
membuat persetujuan dengan sejumlah penduduk Madinah yang terkemuka yang
membuat beliau dan pengikutnya diterima dikalangan mereka.
Peristiwa
hijrah ditanggapi dengan berbagai pandangan, orang Mekkah memandang hijrah
sebagai keruntuhan terakhir Nabi Muhammad Saw, sedangkan bagi kalangan Muhajirin
dan Anshar hijrah mengandung arti kelahiran agama baru, yang tak lama setelah
itu berkembang jazirah Arab.
Setelah
kedudukan Islam di Madinah menjadi kuat, umat Islam menentukan langkah
berikutnya, yaitu menaklukan mekah setelah sebelumnya melakukan perundingan
yang hampir tanpa kekerasan (630 M). Dengan demikian pada zaman Nabi Muhammad saw. terdapat
dua kota sebagai pusat pengembangan Islam
yaitu Madinah dan Mekkah.
Setelah
Nabi Muhammad saw. wafat umat Islam dipimpin oleh khalifah khulafaurrasyidin
yang pada umumnya berasal dari suku-suku arab, mulai melakukan berbagai penaklukan.
Pada tahun 633 M, umat Islam dikirim ke Suriah di Utara dan Persia di Timur,
Enam tahun kemudian umat Islam maju ke Barat dan ke sungai Nil setelah itu,
beberapa kota satu persatu berhasil di taklukkan, seperti Damaskus (635 M),
Bait al-Maqdis, Mesopotamia dan Babilonia, dan Hulwan (640 M), Nihawand (642
M), Isfahan (643 M), Persia, Iskandariah (642 M), Mesir (639-642 M), Tripoli
(647 M), dan Siprus (649 M). Dengan terlaksananya penaklukan-penaklukan itu, Islam yang pada zaman Nabi Muhammad saw. bersifat
Arab menjadi bersifat Internasional. Akhir kekuasaan Al-khulafaurrasyidin ditandai
dengan terpecahnya umat Islam menjadi dua kubu besar: pendukung Ali Bin Abi Thalib
dan pendukung Mu’awiyah Bin Abi Sufyan yang ketika sebagai Gubernur Suriah, perang dua kubu ini diakhiri
dengan Tahkim.
Meskipun
berakhir dengan perpecahan, kekuasaan Al-khulafaurrasyidin telah berhasil
mengubah sifat Islam yang bercorak “Internasional”. pusat-pusat penyebaran Islam
ketika itu sudah berpindah bukan hanya di Mekkah dan di Madinah.
Kekuasaan
Bani Umayah di mulai setelah khalifah keempat, Ali Bin Abi Thalib, meninggal
dunia tidak berbeda dengan fase sebelumnya, kekuasaan Bani Umayah ditandai
dengan perluasan wilayah yang luar biasa. Ibu kota negara dipidahkan ke Damaskus
dekat Bait al Maqdis oleh Dinasti Umayah dari ibu kota ini umat Islam yang
sebelumya telah menduduki Tripoli (sekarang Libia) melanjutkan penakhulan ke
Afrika sekarang Tunisa Aljajair dan Maroko.
Kekuasaan
Bani Umayah berakhir atas pemberontakan yang dimotori oleh Abu Abbas dari Bani
Abbas yang bekerja sama dengan muslim Al-Khurasani dari Syiah.[3]
Abu Al-Abbas pendiri Dinasti
Bani Abbas (750-654 M), beliau hanya sebagai pelopor. Dalam khutbah pengobatannya
dia menyebut dirinya as-saffih, yang
berarti penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya.[4]
Pembina sebenarnya adalah al-Mansur (754-775 M ). Sumber-sumber ekonomi Bani Abbas
adalah pertanian dan perdagangan. Dalam bidang pertanian,, dibangun sistem
pengairan yang sekarang dikenal dengan irigasi.
Harun ar-Rasyid (785-809 M)
adalah raja termasyhur pada Dinasti ini, kekayaan negara, oleh Harun ar-Rasyid
digunakan untuk mendirikan rumah sakit pendidikan kedokteran, sekolah, farmasi
dan pemandian-pemandian umum.
Al-Makmun (813-833 M) sangat
memperhatikan ilmu-ilmu pengetahuan, untuk menerjemahkan buku-buku Yunani kedalam bahasa Arab.
Al-Mu’tasim (833-842 M)
adalah raja pertama yang mengangkat pengawalnya dari kalangan Turki. Tentara–tenrata
Turki dalam perjalananya ternyata sangat berkuasa di istana. Akhirnya, raja
hanya berkuasa secara simbolik yang berkuasa secara de fakto adalah tentara –temtara Turki.
Al-Watsiq (842-847 M).
Berusaha melepaskan cengkraman tentara-tentara Turki dengan memindahkan ibu
kota negara dari Baghdad ke kota Samara, tetapi kekuasaan tentara-tentara Turki
tidak dapat disingkirkan.
Al-Mutawakkil (847-861 M)
merupakan raja besar terakhir dari dinasti Bani Abbas, khalifah sesudahnya pada
umumnya lemah dan tidak bisa mengendalikan kehendak para sultan dan para
pengawal.
Al-Muta’adid (870-892 M)
memindahkan kembali ibu kota negara dari Samara ke Baghdad. Khalifah terakhir
ibu kota negara dari Samara Mu’tasim (1242-1258 M), pada zamannyalah Baghdad
dihancurkan oleh Hulagu.
- Islam Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Pada periode ini dibagi
menjadi dua masa, yaitu masa kemunduran I (1250-1500 M) dan masa tiga kerajaan
besar (1500-1800 M). Kemunduran umat Islam pada zaman pertengahan ini ditandai oleh serangan ke Baghdad
oleh cucu Jengis Khan, yaitu Hulagu Khan.
Kemudian di Mesir, dinasti
yang berkuasa silih berganti dan saling menjatuhkan. Dimulai dari Dinasti
Fatimiyah, kemudian diganti oleh Dinasti Ayyubiyah, dan seterusnya diganti oleh
Dinasti Mamluk.
Sementara itu perpecahan juga
terjadi diantara para pengikut mazhab fiqh. Pada saat itu para pengikut mazhab
disibukkan dengan kegiatan pembelaan dan penguatan mazhab yang dianutnya. Hal
ini menyebabkan semakin merosotnya perkembangan mazhab fiqh.
Dalam situasi yang demikian
muncullah tiga kerajaan besar yang berusaha menyadarkan kembali umat Islam dari
keterbelakangan dan kemundurannya. Tiga kerajaan
besar tersebut adalah Kerajaan Ustamani di Turki (1290-1924 M), Kerajaan Safawi
di Persia (1501-1736 M) dan Kerajaan Mughal di India (1526-1858 M).[5]
Akan tetapi kemajuan tiga
kerajaan besar tersebut tidak bertahan lama karena adanya permasalahan di
internal dan eksternal. Akhirnya, satu demi satu tiga kerajaan besar tersebut
berjatuhan. Maka setelah itu, umat Islam mengalami kemunduran II.
D. Islam Periode
Modern (Sejak 1800 M)
Pada periode ini merupakan Zaman Kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang
berakhir pada tahun 1801 M., membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan
Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan
kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan
untuk mengembalikan balance of power, yang telah pincang dan membahayakan
Islam. Kontak Islam dengan Barat sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam
dengan Barat periode klasik. Pada
waktu itu, Islam sedang menaik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang
sebaliknya, Islam sedang dalam kegelapan dan Barat sedang menaik. Kini, Islam
yang ingin belajar dari Barat. Dengan demikian, timbullah apa yang disebut Pemikiran dan aliran pembaharuan atau
modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan
pemikiran-pemikiran dan bagaimana caranya membuat umat Islam maju kembali
sebagaimana yang terjadi pada Periode
Klasik. Usaha-usaha ke arah itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat
Islam. Akan tetapi, dalam hal itu Barat juga bertambah maju.
Timbullah gerakan pembaharuan
yang dilakukan di berbagai negara, terutama Turki Ustmani dan Mesir. Para
pembaharuan di Turki melahirkan berbagai alairan pembaharuan.
Demikian sejarah Islam singkat
yang pada kontak Islam dan Barat pertama menampilkan keunggulan peradaban Islam
atas Barat, sedangkan dalam kontak berikutnya, menampilkan keunggulan peradaban
Barat atas Islam sekarang masih tertinggal dari Barat.
BAB III
KESIMPULAN
Sejarah
adalah suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk
menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau atau kejadian dan
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau atau peristiwa penting
yang benar-benar terjadi.
Ada dua Perbedaan
pendapat mengenai
awal mulanya Islam
yaitu: Pertama,
sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi rasul. Kedua,
sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah.
Adapun fase-fase
sejarah islam yang dibuat oeh ulama pada umumnya, yaitu: Periode Klasik (650-1250 M), Periode Pertengahan (1250-1800 M), dan Periode Modern (1800-sekarang).
Pada periode klasik
Islam dipimpin oleh: Nabi Muhammad saw. Khulafaurrasyidin, Bani Umaiyyah, dan
Bani Abbas.
Pada periode pertengahan ditandainya dengan Kemunduran I (1250-1500 M) dan masa tiga kerajaan
besar (1500-1800 M).
Pada peride modern merupakan
Zaman Kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang
berakhir pada tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir,
akan kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan
Barat, raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk
mengembalikan balance of power, yang telah pincang dan
membahayakan Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Atang Abd. Hakim dan Jaih
Mubarak, Metodologi Studi Islam, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
2010.
Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2008.
H. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta:
Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2008.
[1] Abuddin
Nata, Metodologi Studi Islam,
(Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hal. 362-364.
[2] Atang
Abd. Hakim dan Jaih Mubarak, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Penerbit
PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 138.
[3] Ibid.,
hal. 139-142.
[4] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peadaban Islam, (Bandung: Penerbit
Pustaka Setia, 2008), hal. 128.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar