URGENSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP TENAGA PENDIDIK
OLEH:
KELOMPOK 1
KELOMPOK 1
ANDIKA PUTRA
CHAIRIL
MUHAMMAD RIJAL
HELMI SAPUTRA
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak dapat diragukan lagi, bahwa
sejak anak manusia yang pertama lahir kedunia, telah ada di lakukan usaha-usaha
pendidikan; manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya, kendatipun dalam cara
yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia mulai bergaul, telah ada
usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk
mempengaruhi orang-orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan
orang-orang yang bersangkutan itu. Dari uraian ini jelaslah kiranya, bahwa
masalah pendidikan adalah masalahnya dari dulu hingga sekarang, dan di
waktu-waktu yang akan datang.
Adalah keharusan bagi setiap
pendidik yang bertanggung jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus
berbuat dalam cara sesuai dengan keadaan si anak didik. Psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan agar dapat
memperlakukannya dengan lebih tepat. Karena itu pengetahuan psikologis mengenai
anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi
setiap pendidik; sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk
memiliki pengetahuan tentang fsikologi pendidikan. Mengingat setiap orang pada
sesuatu saat tertentu melakukan perbuatan mendidik, maka pada hakikatnya
fsikologi pendidikan itu di butuhkan oleh setiap orang. Kenyataan bahwa pada
dewasa ini hanya para pendidik profesional saja yang mempelajari psikologi
pendidikan tidaklah dapat dipandang sebagai hal yang memang sudah selayaknya.``
Psikologi pendidikan memang sangat
penting bagi seorang pendidik. Seorang pendidik yang sudah mempelajari ataupun
sudah memahami psikologi pendidikan akan sangat mudah untuk melakukan proses
pembelajaran. Psikologi pendidikan akan membantu tenaga pendidik untuk
menemukan metode yang pas untuk peserta didik mereka karena tenaga pendidik
sudah mengatahui psikologi peserta didik mereka masing-masing.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Psikologi, Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan
1. Defenisi
psikologi
Psikologi
yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psychology.
Kata psychology merupakan dua akar yang bersumber dari bahasa Greek
(Yunani), yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa
Psikologi
pada mulanya digunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memenhi kebutuhan
mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka makhluk hidup mulai
yang primitif sampai yang paling modern. Namun, ternyata tidak cocok lantaran
menurut para ilmuan dan filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang
berada diluar kaedah keilmuan dan etika falsafi.
Pada
asasnya psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik manusia
ataupun hewan. Namun secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan
dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku menusia, alasan dan
cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk-makhluk
tersebut berpikir dan berperasaan.
Bruno
membagi pegertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”.
Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.
Selanjutnya,
dalam ensiklopedia pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap membatasi arti fsikologi
sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala
dan kegiatan-kegiatan jiwa.
Alahasil,
secara ringkas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup
pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya.
2. Definisi
pendidikan
Pendidikan
berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi
“mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi
latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan bimbingan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pegertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah proses perubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[1]
Dalam pengertian yang lebih luas,
pendidikan dapat dia artikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah
laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam dictionary of psychologi pendidikan
diartiakan sebagai the institutional procedures which are employed in
accomplihing the development of knowlege, habits, atitudes, etc, Usualy the
term is applied to formal institution. Jadi pendidikan berarti tahap
kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan
perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan
sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal.[2]
Sebagian orang memahami arti pendidikan
sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan
pengajaran. Jika pegertian seperti ini kita pedomani, setiap orang yang
berkewajiban mendidik seperti guru dan orang tua tentu harus melakukan
perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan
formalsebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia
menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, atau dengan kata lain agar
siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, menurut Poerbakwatja
dan Harahap pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk
dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kekedewasaan yang selalu diartikan
mampu menimbulkan tanggub jawab moril dari segala perbuatannya.
3. Definisi
psikologi pendidikan
Psikologi
pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin bukan psikologi itu
sendiri. Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai
Subdisiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber seorang guru
besar psikologi pada Brooklyn College, university of New York City, University
of Brithis Colombia Canada dan pada juga University Innsbruck Austria. Dalam
pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi
yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal
sebagi berikut.
1. Penerapan
prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
2. Pengembangan
dan pembaharuan kurikulum.
3. Ujian
dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4. Sosialisasi
proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayaan gunaan
ranah koknitif
5. Penyelanggaraan
pendidikan keguruan.
Secara
labih sederhana dan praktis, Barlo mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai:
.... a body
knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of
resources to aid you in functioning more effectively in teaching learning
process. Psikologi
pendidikan adalah sebuah pengetahuan bedasarkan riset sikologis telah
menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas
sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif.
Tekanan definisi ini secara lahiriyah hanya berkisar sekitar proses interaksi
antar guru siswa dalam kelas.[3]
Adapun
yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan
bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian
dan penelitian lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak,
baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah
pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan pelajar.[4]
4. Tujuan
psikologi pendidikan
Tujuan
psikologi pendidikan adalah mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan
tingkah laku tersebut sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan berusaha
bagaimana suatu tingkah laku itu harus di rubah dan di bimbing melalui
pendidikan. Dengan kata lain ahli psikologi pendidikan berusaha untuk
mempelajari, menganalisis, menerangkan dan memimpin proses pendidikan
sedemikian rupa sehingga mendapatkan suatu sistem pendidikan yang efisien.[5]
B. Urgensi Psikologi Pendidikan Terhadap Tenaga
Pendidik
Keharusan
yang tak dapat ditawar-tawar bagi setiap pendidik yang kompoten dan profesional
adalah melaksanakan profesinya sesuai dengan keadaan peserta didik. Dalam hal
ini, tampa mengurangi didaktik dan metodik psikologi sebagai ilmu pengetahuan
yang berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia, termasuk para siswa yang
satu sama lainnya berbeda itu, amat penting bagi para guru di semua
jenjangkependidikan. Jenjang pendidikan ini meliputi wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun dan pendidikan menengah 3 tahun yang diselenggarakan dalam
institusi sekolah dan madrasah.
Para
ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak
(yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respon yang sama persis terhadap
situasi belajar mengajar disekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal
pembawaan, kematangan jasmani, intelegensi, dan keterampilan jasmaniyah.
Anak-anak itu, seperti juga anak yang lainnya, relatif berbeda dalam
berkepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berfikir atu cara memecahkan masalah
mereka masing-masing.
Pendidikan
juga merupakan lingkungan yang menjadi
tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar
individu ini baik antara guru dan para sisiwa
meupun antar siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa
psikologis. Peristiwa proses psikologi pendidikan inisangat perlu untuk
dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa
secara tepat.
Para
pendidik khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki kalau tidak
menguasai psikologi pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para
siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna, pengetahuna
mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan
pendidikan di sekolah.
Pengetahuan
yang bersifat psikologis mengenai
peserta didik dalam proses belajar mengajar
sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh calon guru atau guru yang
bertugas dilembaga-lembaga pendidikan formal. Para dosen diperguruan tinggi
pun, bahkan para orang tua dan mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
formal seperti para khiai di pesantren, para pendeta dan pastur di gereja, dan para instruktur di lembaga-lembaga
pendidikandan pelatihan kejurusan, pada prinsipnya juga membutuhkan pengetahuan
psikologi pendidikan.
Kembali ke masalah belajar mengajar
dan hubunganya dengan psikologi pendidikan, unsur pertama dalam pelaksaan sebuah sistem dimapun
adalah proses belajar mengajar. Ditengah-tengah proses edukatif (bersifat
kependidikan) ini tak terkecuali apakah di tempat pendidikan formal atau
nonformal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang
dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar mengajar tersebut
adalah psikologi praktis, psikologi pendidikan.
Sudah tentu, masih ada sumber-sumber
yang lainnya yang juga berhubungan dengan proses belajar mengajar. Pemahaman
dan kemampuan guru yang kompeten dan professional dalam memangfaatkan
teknik-teknik psikologi pendidikan merupakan hal yang tak pantas ditawar-tawar.
Baik selaku calon guru maupun guru
yang sedang bertugas, tidak perlu memandang psikologi pendidikan sebagai
satu-satunya gudang penyimpanan
jawaban-jawaban yang benar dan pasti atas
persoalan-persoalan kependidikan yang anda hadapi. Namun sebaliknya, anda tetap
perlu tahu bahwa dalam psikologi pendidikan terdapat serangkaian stok informasi
mengenai teori-teori dan praktik belajar, mengajar dan belajar mengajar yang
dapat anda pilih.[6]
1. Guru
sebagai pendidik
Banyak
di antara para guru yang merasa bahwa pekerjaan sebagai guru adalah rendah dan
hina jika dibanadingkan dengan pekerjaan kantor atau bekerja di suatu PT,
umpamanya. Hal ini mungkin disebabkan pandangan masyarakat terhadap guru masih
sempit dan picik. Suatu pandangan yang umumnya bersifat materialistis, hanya
bertendens kepada keduniawian belaka.
Pandangan
seperti itu adalah pandangan yang salah. Pekerjaan sebagai guru adalah
pekerjaan yang luhur dan mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan negara
maupun di tinjau dari sudut keagamaan. Guru sebagai pendidik adalah seorang
yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi atau rendahnya
kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebuadyaan suatu
masyarakat dan negara, sebagian besar bergantung kepada pendidikan dan
pengajaran yang diberikan oleh guru-guru.
Makin
tinggi pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang
diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab
itu, guru harus berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu.
Guru hendaklah berusaha menjalankan tugas kewajiban sebaik baiknya sehingga dengan demikian masayarkat
menginsafi sungguh-sunguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru.
Penghargaan
masyarakat terhadap guru haruslah timbul karena perbuatab guru itu sendiri.
Meskipun demikian, sukar pula hal itu terlaksana jika perbaikan nasib,
kehidupan, dan kedudukan guru-guru itu masih kurang mendapat perhatian dari
pemerintah. Untuk melaksanakan perbaikan dalam pendidikan dan pengajaran
anak-anak pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya, pemerintah, guru-guru,
dan masyarakat harus saling mengerti dan kerjasama sebaik-baiknya.
2. Syarat-syarat
menjadi guru yang baik
Tugas
guru tidak hanya “mengajar”, tetapi juga “mendidik”. Maka, untuk melakukan
tugas sebagai guru, tidak sembarang orang dapat melakukannya. Sebagai guru yang
baik harus memenuhi syarat-syarat yang di dalam Undang Undang no 12 tahun 1954
tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh
Indonesia, pada pasal 15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut:
Syarat utama untuk menjadi guru, selain
berijazah dan syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah
sifa-sifat ynag perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran seperti
yang di maksud dalam pasal 3, pasal 4, dan pasal 5 Undang-Undang ini.
Dari pasal-pasal tersebut, maka
syarat-syarat untuk menjadi guru dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berijazah.
2. Sehat
jasmani dan rohani.
3. Taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik.
4. Bertanggung
jawab.
5. Berjiwa
nasional.[7]
3. Manfaat
Fsikologi Pendidikan Bagi guru
Dahulu,
sebelum psikologi memasuki lembaga yang menghasilkan tenaga berpendidikan telah
berkembang beberapa anggapan bahwa pengetahuan dan penguasaan akan bahan
pelajaran (subject-matter) secara otomatis akan memberikan kemampuan atau
kompotensi untuk mengajarkannya.
Anggapan
lainnya, jika kemampuan dan keterampilan mengajar terpisah dari pengetahuan
subject matter yang ada, maka kemampuan dan keterampilan tersebut merupakan
pembawaannya. Dengan kata lain, anggapan yang terakhir, melahirkan pertanyaan
“guru-guru dilahirkan sebagai guru, bukannya dipersiapkan” (teachers are born,
not made)
Sudah
tentu, kedua anggapan itu tidak menunjukkan keahliannya, baik seluruh maupun sebagian. Terhadap
anggapan pertama, keahlian atau validitasnya dapat digugurkan bedasarkan
pengalaman sehari-hari. Suatu gejala yang sudah lazim terdapat pada pengalaman
tiap orang menunjukkan bahwa seorang sarjana baik lelaki maupun wanita,
betapapun kompetennya, namun belumlah tentu dapat dijamin ia mampu menyampaikan
pengetahuan kepada para siswa atau mahasiswa dengan baik, sebaliknya, cukup
banyak sarjana yang kurang kompeten, ternyata lebih berhasil sebagai guru.
Sedangkan
terhadap anggapan yang kedua, tidak sepenuhnya mengandung kesahihan. memang,
tak seorang pun menyangkal bahwa tiap-tiap orang ada katidaksamaan dalam hal
bakat pembawaan mengajar. Paling tidak ada dua hal-yaitu dalam hal kemampuan
untuk menemukan secara intuitif atau balajar dari orang lain tentang
prinsip-prinsip belajar mengajar yang shahih dan dalam hal kemampuan untuk
melaksanakan prinsip-prinsip tersebut dengan berhasil. Perkiraan yang tepat
adalah sebagian mereka yang berinteligensi normal akan dapat memangfaatkan dan
mengambil keuntungan sebagian pengajaran yang sistematis yang di shaihkan
secara logis dan empiris tentang sifat dan kemudahan dalam proses belajar. Bagi
mereka yang kurang berbakat, setidak-tidaknya akan menjadi guru yang baik,
sedangkan bagi mereka yang berbakat labih baik, justru akan dapat
mengembangkandengan lebih baik lagi tiap kapasitas yang dimilikinya.
Bagaimanapun yang ideal ialah dilakukan proses seleksi yang sedemikian rupa
dalam penerimaan calon guru agar psikologi pendidikan benar-benar dapat
memainkan peran dan fungsinya dengan jelas.
Terhadap
masalah yang kedua, yaitu yang menyangkut masalah atau materi yang disajikan,
biasanya telah dipelajari sebelum disiapkan secara teknis untuk menjadi guru.
Terhadap masalah pertama dan keempat, yaitu tujuan yang ingin dicapai dan
metode mengajar dan alat-alat peraga yang diperlukan, kesemuanya dapat
dimasukkan kedalam seni dan keterampilan mengajar serta prosodur pengembangn
dalam proses belajar mengajar. Sedangkan terhadap masalah yang ketiga yaitu
sifat hakikat anak didik, ini menyangkut pengetahuan dan pemahaman kejiwaan
anak didik dalam proses belajarnya. Terhadap masalah yang terakhir inilah
nampak dengan jelas betapa pentingnya ilmu jiwa pendidikan bagi calon guru.
jadi,
bedasarkan uraian diatas, dapatlah ditegaskan bahwa psikologi pendidikan
sebagai suatu ilmu pengetahuan merupakan keharusan di lembaga-lembaga
pendidikan guru. Dan penegasan inipun mendasarkan atas dua dimensi pemikiran.
Pertama, sifat dan jenis belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang
kemudian dapat diindentifikasikan secara meyakinkan. Kedua, pengetahuan yang
serupa itu dapat disistematisasikan dan disampaikan secara efektif kepada calon
guru dan dari kedua dimensi pemikiran inilah para calon guru dapat mengambil
keuntungannya.
Walaupun
demikian perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan satu-satunya
syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seorang bisa menjadi guru yang baik.
Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainya antara lain bakat, minat,
komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.[8]
Dengan
memahami psikologi pendidikan, seorang guru atau dosen (pendidik) melalui
pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan
tujuan pembelajaran dengan tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang
memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehedaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,
dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran bloom tentang taksonomi perilaku
individudan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih
strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi
pendidikan yang memadai diharapkan seorang
guru menentukan strategi atau
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat
perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan
bimbingan atau bahkan memberiakan konseling. Tugas dan peran guru disamping
melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya.
Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya guru duharapkan dapat
memberilkan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses
interpersonal yang penuh keakraban dan kehangatan.
4. Memfasilitasi
dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan
segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat.
Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa
untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami
kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar
siswanya.
5. Menciptakan
iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim
belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi yang memadai
memungkinkan untuk dapat menciptakan
iklim sosio emosional yang kondusif didalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi
secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan
memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak,
penuh simpati dan menjadi sosok yang
menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai
atau mengefaluasi hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat membantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis,
penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil
penilaian.
Jadi,
ilmu ini dapat membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk memahami
tingkah laku belajar anak didiknya baik dan memberikan penjelasan bahwa anak
sedang dalam keadaan belajar yang baik atau tidak. Namun pada prinsipnya
psikologi pendidikan merupakan alat yang penting untuk memahami tingkah laku belajar anak. Psikologi pendidikan ini
sebagai alat bagi guru untuk mengendalikan dirinya, dan juga memberi bantuan
belajar kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. [9]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapatlah kita ambil beberapa kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan psikologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
ataupun sekelompok manusia baik yang terbuka maupun yang tersembunyi dari diri
seseorang atau dengan kata lain suatu ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan
seseorang. Dan yang di maksud dengan
pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku. Pendidikan lebih ditinjau dari
tingkah laku siswa atau peserta didik , pendidikan juga sering disebut dengan
proses memanusiakan manusia. Maka dari dua pengertian tersebut dapat kita
simpulkan bahwa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan adalah cabang dari
psikologi yang dalam penguraian dan penelitian lebih menekankan pada masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat
hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan peserta didik.
Pemahaman
tentang psikologi pendidikan sangat penting bagi seorang guru. Dengan adanya pemahaman tentang
psikologi pendidikan tenaga pendidik akan lebih mudah mengarahkan peserta
didiknaya menurut kemampuan yang mereka miliki karena guru telah mengetahui
situasi kejiwaan peserta didiknya. Bukan hanya itu saja dengan pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai guru akan mudah menggunakan metode
pembelajaran yang cocok untuk peserta didiknya sehingga para siswa dapat
merasakan pembelajaran yang menyenangkan kerena kebutuhan mereka terpenuhi.
Jika seorang guru tidak memiliki pemahaman yang memadai dikhawatirkan para
tenaga pendidik tidak akan bisa mengembangkan potensi peserta didk mereka, oleh
karena demikian psikologi pendidikan sangatlah penting bagi tenaga pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya, 2007.
M Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Penerbit Rineka
Cipta, 1997.
M.Ngalim
purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Penerbit, Remaja
Rodaskarya,2004.
M.Ngalim
Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis, Bandung: Penerbit Remaja Rodaskarya,2006.
Abd Rachman
Abror, psikologi Pendidikan, Yokyakarta: Penerbit, Tiara Wacana Yogya,
1993, Hal.
Mahendra, Pentingnya Psikologi Pendidikan Bagi Guru,
www.mahendra261291.wordpress.com, diakses pada tanggal 2 Oktober 2012.
Lia Kanjeng
Ais, Pentingnya Psikologi Dalam Pendidikan, www.
liakanjengais.blogspot.com, diakses pada tanggal 12 Oktober 2012.
[1] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,(Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya,2007), Hal.7-12.
[2] M Dalyono, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta:Penerbit Rineka Cipta, 1997), hal.5.
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru,(Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya,2007),
Hal.7-12.
[4] M.Ngalim purwanto, Psikologi
Pendidikan, (Bandung: Penerbit, Remaja Rodaskarya,2004), Hal.9.
[5] Lia Kanjeng Ais, Pentingnya
Psikologi Dalam Pendidikan, www. liakanjengais.blogspot.com, diakses pada
tanggal 12 Oktober 2012.
[6] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,(Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya,2007), Hal.15-17.
[7] M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
(Bandung: Penerbit Remaja Rodaskarya,2006),Hal.138.
[8] Abd Rachman Abror, Psikologi
Pendidikan, (Yokyakarta: Penerbit, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1993),
Hal. 18-19.
[9]Mahendra, Pentingnya Psikologi Pendidikan Bagi Guru, www.mahendra261291.wordpress.com,
diakses pada tanggal 2 Oktobuer
2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar